Banda Aceh-Koordinator Lembaga Pemantau Lelang Aceh (LPLA), Nasruddin Bahar menyebutkan bahwa aturan lelang dan persyaratan tender penangkaran bibit Nilam di Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Aceh diduga terjadi praktek persaingan tidak sehat dan diskriminatif.
Hal tersebut disampaikan oleh Nasruddin Bahar dalam keterangan pers, Selasa (28/9/2021) di Banda Aceh.
“Informasi yang kami peroleh dari berbagai sumber, untuk penangkar bibit Nilam di Aceh, ternyata yang memiliki sertifikasi dari Direktur Jenderal Perkebunan atas nama Menteri Pertanian hanya satu orang,” ujar Nasruddin.
Kemudian, kata Nasruddin, persyaratan tender diutamakan bibit dari Aceh, sedangkan penangkar bibit Nilam yang mempunyai izin hanya satu penangkar saja.
“Itupun sudah dikuasai oleh jaringan pemodal. Dengan demikian yang terjadi sudah pasti monopoli,” kata Nasruddin.
Akibat tindakan penangkar yang tidak memberikan dukungan kepada peserta tender selain dari grup mereka sendiri, maka menurut Nasruddin, kondisi tersebut mengakibatkan terjadinya persaingan tidak sehat dan diskriminatif.
“Perbuatan menutup diri dengan tidak memberikan kesempatan untuk bersaing secara fair dan persaingan sehat sesungguhnya sudah menjadi kewenangan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) dan dapat dilaporkan ke lembaga tersebut,” ujar Nasruddin.
Selain itu Nasruddin juga menjelaskan bahwa sudah menjadi rahasia umum adanya dugaan permainan dalam pengadaan bibit pertanian dan perkebunan terjadi dari tahun ke tahun.
Menurutnya, tersebut terjadi karena usaha pembibitan memerlukan modal besar. Maka celah inilah dimanfaatkan oleh cukong yang mempunyai modal besar. Namun Nasruddin tidak menjelaskan siapa cukong yang dimaksudnya.
“Cukong tersebut membiayai para penangkar bibit atau benih yang ada di Aceh,” ujar Nasruddin.
“Cukong besar ini tidak bermain sendiri biasanya dia diduga mempunyai hubungan khusus dengan pejabat pada Dinas terkait. Pemodal ini tahu persis berapa jumlah bibit yang dibutuhkan jauh-jauh hari sebelum perencanaan,” ujar Nasruddin menambahkan
“Hal ini bisa terjadi karena pengusaha besar ini sangat dekat dengan pengambil kebijakan sehingga dengan mudah informasi mereka dapatkan,” ujarnya.
Para penangkar yang dimodali oleh pengusaha tadi, kata Nasruddin, sudah terjamin bibit tanamannya laku.
“Para penangkar yang dimodali cukong sangat patuh dengan tuannya, sehingga siapapun yang ikut tender dan meminta dukungan dari penangkar sudah pasti tidak akan dilayani,” pungkas Nasruddin Bahar.(Dms)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar