BANDA ACEH_Harian-RI.com – Kader Partai Golongan Karya (Golkar) Aceh, mengecam penurunan baliho dukung Airlangga Hartanto (AH) maju sebagai Calon Presiden (Capres) 2024 mendatang.
Sebelumnya, tulisan itu terpampang pada sejumlah titik baliho di Kota Banda Aceh. Diantaranya Simpang empat dekat Kantor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Aceh dan arah menuju arah Bandar Udara (Bandara) Internasional Sultan Iskandar Muda, Blang Bintang.
Pada Baliho tersebut juga bertuliskan, forum tersebut juga menolak mantan koruptor menjadi pemimpin di Aceh.
“Kita sangat menyayangkan atas adanya oknum yang tidak bertanggungjawab tersebut. Baliho itu bentuk dukungan kepada Airlangga sebagai presiden,” kata Kader Partai Golkar Aceh, Suprijal Yusuf saat dikonfirmasi awak media, Rabu (23/2).
Lanjutnya, memang di Baliho itu tertulis, menolak terhadap pimpinan yang korup. Jadi sangat disayangkan, ditengah ingin mensosialisasi Golkar menjadi parta bersih, sehingga bisa meraih suara maksimal di Pemilu Legeslatif (Pileg) ataupun pemilihan presiden (Pilpres).
“DPD 1 Golkar, saya kira harus bertanggungjawab. Karena apapun cerita saat ini sedang bergerak mensosialisasi Airlangga, kita mengecam tindakan yang tidak bertanggungjawab seperti itu,” tuturnya.
Tambahnya, di Aceh tetap akan diperjuangkan Airlangga untuk mendapatkan suara terbanyak. Dan menolak pemimpin yang korup untuk memimpin Aceh.
“Aceh daerah termiskin di Sumatera. Jadi kita tidak mau dipimpin oleh pemimpin yang tidak benar,” tuturnya.
Sementara itu, kader senior yang juga Ketua Dewan Pertimbangan Golkar A Selatan, Teuku Mudatsir juga menyebutkan, dirinya sangat prihatin dengan upaya sekelompok orang yang diduga suruhan elit-elit Golkar Aceh menurunkan baliho dukungan untuk Ketua Umum (Ketum) Airlangga.
“Hal ini terjadi tadi siang, dimana baliho dukungan untuk Ketum AH, menjadi Capres dari Aceh diturunkan paksa oleh oknum tidak bertanggungjawab, sebagaimana foto yang didapat dari sejumlah sumber,” tuturnya.
Menurutnya, dukungan untuk Ketum Airlangga ini penting, elit-elit partai ditingkat lokal memang tidak setuju ataupun sedang bermain politik dua muka, demi kepentingan pribadi tertentu.
“Soal tekad dan sikap ketum AH menjadi Capres juga pernah beliau ungkapkan tempo hari, saat menerima beberapa kader senior dan sesepuh partai secara khusus dijakarta,” jelas Cekmu sapaan akrab Teuku Mudatsir.
Dan mestinya, lajut Cekmu, dengan dukungan baliho yang sudah muncul secara swadaya itu, direspon positif dan baik karena itu juga sikap bersama semua kader dan struktur Golkar di Aceh.
"Kenapa tidak ksatria dan gentleman saja mengungkapkan jika memang tidak siap atau tidak berkenan untuk mendukung Ketua Umum sendiri. Jangan pakai cara ke kanak-kanakan dan justru mengecilkan partai,” tegas Cekmu.
Menurutnya, apakah tidak setuju atau merasa berperasaan dengan kalimat "menolak mantan koruptor jadi pemimpin di Aceh. Dirinya juga mempertanyakan apa yang salah dengan kalimat tersebut.
“Itukan harapan masyarakat banyak, dan spirit dari undang-undang (UU) pemberantasan korupsi, jelas agenda bangsa itu, salahnya dimana dan pidananya dimana,” tanya Cekmu .
Pihaknya, berinisiatif akan melaporkan hal itu segera, apalagi ada pengakuan dari orang lapangan siapa yang menginstruksikan tindakan memalukan ini, ditambah lagi ada referensi nomor telepon tertentu mengindikasikan ke salah seorang elit yang ada sekarang.
“Bagaimanapun siapapun kader, senior, sesepuh dan bagian dari keluarga besar Golkar yang mendukung Pencapresan Ketum AH harus direspon positif dan dibackup maksimal,” imbuhnya.
Sementara Kader lain, Muhammad Iqbal mengatakan, dirinya melihat pesan moral yang disampaikan kepada masyarakat, karena Partai Golkar milik rakyat, dan suara rakyat.
“Kalau ada kader bersuara jangan pilih pemimpin mantan koruptor atau calon koruptor, atau apapun masalah korupsi. Jangan ada oknum yang datang dan minta supaya baliho itu diturunkan, itu aneh. Mau dibawa kemana Negara ini sekarang,” ungkap Iqbal Piyeung tersebut.
Menurutnya, oknum yang menurunkan baliho itu tidak senang dengan orang-orang yang anti koruptor. Pihaknya ke depan tetap menyuarakan bahwa korupsi itu adalah perbuatan terkutuk dan tidak bermartabat, karena menghancurkan sendi-sendi kehidupan ekonomi masyarakat.
“Sekarang sebagai kader Golkar, mau dibawa kemana partai ini. Apakah mau dipimpin oleh orang-orang yang tidak bermoral,” cetusnya.
Iqbal Piyeung berharap, masyarakat ini menolak orang-orang yang tidak bermoral dan memiliki indentitas atau kepribadian untuk menjadi pemimpin di Aceh. Kalau ingin membangkitkan ekonomi daerah.
“Yang tertulis di Baliho itu pesan moral, tidak menyebutkan seseorang atau memojokkan. Itu umum, siapapun berhak menyuarakan anti korupsi. Jangan jadi anti kritik dong,” ungkapnya.
Sambungnya, selaku kader yang sudah lama, pihaknya tidak mau Partai Golkar di rusak oleh oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab. Dan mendorong tokoh-tokoh untuk menyuarakan anti korupsi.
“Baliho yang dibuat itu supaya rakyat sadar bahwa Golkar masih ada orang yang anti korupsi. Kita mohon kepada Ketum AH tolong ditindak lanjuti, supaya jangan ada oknum yang tidak bermoral tetap bertahan,” imbuhnya.(HR-RI.RED)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar