Lhoksukon_Harian-RI.com-
Sekolah Mtss Muhammadiyah Lhokseumawe memboyong 30 siswa untuk melaksanakan belajar sejarah Religius di Museum Islam Samudra Pasai, Gampong Beringen, Kecamatan Samudra, Kabupaten Aceh Utara, Selasa, (19/7/2022)
Kepala Sekolah MTSs Muhammadiyah Lhokseumawe Ustadz Usman Ahmad S.Pdi., M.Pd memgatakan, kunjungan siswa bersama beberapa dewan guru sekolah tersebut ke Museum Islam Samudra Pasai, untuk mempelajari budaya dan sejarah Religius, sekaligus untuk menanamkan kembali sejarah dan budaya Islam pada pelajar.
“Mate Aneuk Teuntei Mupat Jrat, Gadoeh adat Hana Pat Tamita, salah satu alasan saya, betapa pentingnya untuk kita tanamkan kembali pada generasi kita, tentang Budaya dan Sejarah Islam, apa lagi dengan kondisi dunia saat ini, banyak sekali budaya asing yang masuk melalui media sosial, dan kerap diadopsi oleh anak kita melalui smartphone, sehingga kekayaan budaya di negeri kita dapat terancam dan tergilas oleh regulasi budaya asing” ujarnya
Menurut Usman hal ini untuk membentuk karekter siswa yang islami dan ke aceh an, seperti yang pernah di tata di Kerajaan Islam Samudra Pasai, pimpinan Sultan Malikussaleh, salah satunya adalah dengan mempelajari sejarah peninggalan kerajaan, seperti yang ada di Museum ini.
Dirinya berharap, kepada setiap pimpinan lembaga pendidikan atau kepala sekolah yang ada di Kota Lhokseumawe Atau Kabupaten Aceh Utara agar dapat melakukan belajar seperti ini, selain untuk membentuk karakter siswa, kegiatan seperti ini juga dapat menumbuhkan semangat mereka untuk mempelajar dan mengkaji sejarah dan budaya Islam, agar mereka memahami jati diri sebagai orang Aceh.
Kepala Museum Samudra Pasai, Ir Nurliana, mewakili Kepala Dinas Aceh Utara, Saifullah, M.Pd, menyambut baik kedatangan setiap rombongan sekolah yang ingin belajar tentang sejarah Religius peninggalan Kerajaan Samudra Pasai, dan mengapresiasi kepada setiap kepala sekolah yang memilih museum Samudra pasai tempat belajar sejarah.
Hal tersebut mengingat kondisi kepedulian masyarakat terhadap sejarah sudah mulai memudar.” Artinya sudah sangat minim ke inginan masyarakat untuk mempelajari dan memelihara sejarah religius peninggalan kerajaan Samudra Pasai dan kerajaan Islam lain yang ada di Aceh.
“Akibatnya generasi kita saat ini banyak yang mengadopsi budaya luar, yang masuk dari media sosial, sehingga kita akan kehilangan jati diri ke-acehan yang kaya dengan budaya Regiliusnya” ujar Nurliana.(HR-RI.Rizky)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar