Banda Aceh_Harian-RI.com
Direktur Teknik (Dirtek) Perusahaan umum daerah ( Perumda) Tirta Daroy, Kota Banda Aceh, Irwandi ST MT mengatakan saat ini Banda Aceh tengah mengalami krisis air baku sehingga diperlukan perbaikan bendungan karet yang sudah rusak serta membangun Sistem Penyediaan Air Minumatasi (SPAM) Regional yang ada di Brayeun, Aceh Besar.
Namun karena saat itu ditengah fase covid-19 hingga mengalami rekofusing anggaran makanya tertunda pembangunan nya
Demikian dikatakan oleh Irwandi ST MT, didampingi Kepala bagian (Kabag) Produksi, Tarmizi Ibnu, ketika diwawancarai media ini terkait suplai air bersih yang hingga kini dirasakan masih belum optimal oleh masyarakat Kota Banda Aceh. Rabu ( 11/8/2022)
Kemudian, ia menyampaikan bahwa wacana pembangunan SPAM di Brayeun, diperkirakan akan terealisasi pada tahun 2024.
Nantinya kata Irwandi, SPAM regional Brayeun total kapasitasnya 400 liter/detik, 200 Liter/detik untuk Banda Aceh dan 200 Liter/detik untuk Aceh Besar dan Hal ini dilakukan sebagai alternatif untuk penyimpanan air baku dalam mengantisipasi terjadinya kekurangan air bersih. " Katanya.
Begitupun, lanjutnya saat ini kota Banda Aceh sangat tergantung dengan bendungan karet. Karena bendungan karet itu juga untuk mencegah terjadinya instruksi air laut.
" Seharusnya tahun ini sudah bisa diperbaiki, oleh karena terjadinya rekofusing anggaran maka tertunda untuk diperbaiki,” ucapnya lagi menambahkan.
Selanjutnya mengatakan bahwa perbaikan atau penyediaan bendungan karet tersebut bukan tupoksi APBK Banda Aceh tetapi dibawah naungan Balai Pengairan Sumatera Wilayah I Aceh.
Untuk itu, ia menyebut bahwa Perumda Tirta Daroy, Kota Banda Aceh tetap berharap pembangunan SPAM regional Brayeun, karena hal itu sangat dibutuhkan.
“Dan itu sudah kita usulkan pembangunannya hingga tahap penyusunan AMDAL,” katanya.
Menurutnya penyusunan AMDAL salah satu syarat sebelum dilaksanakan pembangunan. Karena setiap dilakukan pembangunan wajib AMDAL karena untuk melihat dampak positif dan negatifnya.
Dijelaskannya, SPAM regional operasinalnya dibawah tingkat I, karena sistem penganggarannya berbeda, ada BWS dan Balai Cipta Karya /Perkim Aceh serta PU kabupaten/kota selaku penerima manfaat. Oleh karena itu, sebutnya lagi semuanya itu telah memiliki ranah masing masing,
baik itu pelaksanaan Water Treatment Plant (WTP) maupun jaringan serta pipa.
Pada kesempatan itu Irwandi juga menegaskan bahwa saat ini Kota Banda Aceh sangat membutuhkan SPAM regional Brayeun karena krisis air baku
Selain itu juga, sebut Irwandi, dampak dari kerusakan bendungan karet Perumdam Tirta Daroy mengalami kekurangan debit air baku/produksi 35 – 40 persen dari produksi normal sehingga berdampak pada wilayah pelayanan yang jauh dari WTP atau wilayah paling ujung layanan.
Namunpun demikian kita tetap terus berupaya semaksimal mungkin untuk dapat menyediakan air bersih ke masyarakat/pelanggan.
Adapun upaya yang kita lakukan, kata Irwandi, Pertama, para operator harus rutin turun ke sungai karena sedikit saja sampah yang masuk langsung tersumbat sehingga air yang diperoleh tidak normal.
Kedua, petugas lapangan banyak yang kita turunkan untuk merespon berbagai keluhan pelanggan/masyarakat. Artinya, ketika terjadi masalah dilapangan ada upaya lain untuk kita.
Ketiga, kita akan mengupayakan sumur bor di titik lokasi atau wilayah yang mengalami krisis air
Terakhir, katanya, jika itu juga tidak memadai pihaknya, akan berupaya untuk melakukan penggiliran air.
“Dan hal itu merupakan alternatif terakhir yang harus kita lakukan,” terangnya.
Selanjutnya, Irwandi juga mengimpormasikan bhwa pihaknya saat ini tengah membangun bak penampungan air berkapasitas 2.000 meter kubik [Edi Sumantri]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar