“Film ini menjadi salah satu cara kita mempromosikan tempat pariwisata, seni dan budaya Aceh," kata Kepala Disbudpar Aceh Almuniza Kamal, di Banda Aceh, Sabtu.
Film hikayat waroeng kupi karya sineas Aceh itu akan diputar perdana di Taman Budaya Aceh, pada Minggu, 30 Oktober 2022. Film ini menceritakan tentang kesenian hingga budaya masyarakat Aceh.
Almuniza mengatakan, film tersebut juga menjadi media yang tepat untuk mempromosikan seni budaya dan destinasi wisata yang ada di Tanah Rencong. Kemudian, juga sebagai bentuk pemulihan ekonomi kreatif bagi sineas pasca pandemi COVID-19.
Almuniza menyampaikan, film tersebut mengandung nilai sejarah serta budaya yang disampaikan melalui dialog serta adegan. Selain itu ada gambaran budaya duduk di warung kopi menjadi daya tarik tersendiri, dan ini bisa mengundang wisatawan.
“Duduk di warung kopi juga menjadi trend bagi para wisatawan. ada wisatawan jauh-jauh ke Aceh ingin menikmati suasana serta cita rasa kopi di warung kopi," ujarnya.
Sementara itu, Kabid Sejarah dan Nilai Budaya Disbudpar Aceh Evi Mayasari mengatakan, film ini sangat cocok ditonton oleh milenial khususnya para remaja Aceh. Untuk memahami bagaimana tentang film fiksi, industri kreatif, tentang sejarah, dan peluang-peluang animator di Aceh.
Film Hikayat Waroeng Kupi ini juga diperankan oleh Duta Wisata Indonesia 2021, Salwa Nisrina Authar. Didalam cerita film Hikayat Waroeng Kupi ini, Salwa mengalami masalah penciuman, dia tidak bisa mencium dan merasa.
Dalam kesempatan ini, penyelenggara kegiatan Abdul Razak mengatakan, kegiatan tersebut bukan hanya sekedar nonton film tetapi juga ada rangkaian kegiatan lainnya. Seperti workshop dan diskusi bersama para sineas serta talent (pemain film).
"Kita juga akan berkolaborasi untuk mempromosikan produk lokal yang dikaryakan oleh UMKM. Pemuda kreatif harus selalu berinovasi dan berkolaborasi,” kata Razak.
Adapun tema yang diangkat dalam workshop adalah ‘Peran Industri Kreatif dalam Meningkatkan Ekonomi Pemuda’. Penyelenggara berharap anak-anak muda bisa lebih terbuka wawasannya di industri kreatif. Bukan saja film, tapi juga sektor kreatif lainnya masih membuka peluang.
“Nantinya, kita juga akan menampilkan film animasi Sultan Iskandar Muda untuk menyadarkan masyarakat bahwa anak-anak Aceh juga mampu memproduksi film animasi,” demikian Razak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar