Banda Aceh_Harian-RI.com
Seorang bocah yang meninggal dunia akibat mengalami gangguan ginjal akut di Aceh bertambah satu orang lagi.
Pasien anak asal Aceh Tengah itu mengembuskan nafas terakhir dalam perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah dr Zainoel Abidin (RSUZA) Banda Aceh, Sabtu (22/10/2022).
"Pagi tadi (pagi kemarin-red) ada tiga pasien anak penderita gangguan ginjal akut yang dirujuk ke RSUDZA.
Namun, pada malamnya sekitar pukul 20.50 WIB, salah seorang dari mereka asal Aceh Tengah meninggal dunia,” Konsultan Ginjal Anak RSUZA, dr Syafruddin Haris SpA(K), Sabtu (22/10/2022) tadi malam.
Dengan tambahan itu, sebutnya, total anak di Aceh yang meninggal akibat penyakit tersebut sejak Juli 2022 lalu menjadi 21 orang.
Sedangkan dua pasien anak lainnya yang dirawat di RSUZA sejak Sabtu pagi karena mengalami gangguan ginjal akut, menurut Syafruddin, berasal dari Kabupaten Pidie.
Dengan demikian, total pasien anak penderita penyakit tersebut yang saat ini masih dirawat di rumah sakit milik Pemerintah Aceh itu sebanyak tiga orang.
Satu pasien yang sebelumnya sudah dirawat di RSUZA bernama Rafif Azmi (4,8) asal Aceh Tengah.
Lebih lanjut Syafruddin mengungkapkan, satu pasien anak asal Pidie yang sedang dirawat di RSUZA, sudah tiga hari tidak bisa mengeluarkan urinenya.
“Jadi, pasien atas nama Rafif Azmi dan satu pasien dari Pidie yang sudah tiga hari tidak keluar urine rencananya akan menjalani cuci darah,” jelasnya.
Sedangkan satu pasien lainnya yang juga dari Pidie sudah tidak kencing selama 18 jam.
"Tapi, tadi (kemarin-red) setelah ditangani, ia sudah ada kencingnya sedikit-sedikit.
Bisa dikatakan kondisinya sudah lebih baik,” imbuh Syafruddin yang juga Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Aceh.
Ia mengatakan, rentang usia pasien yang diduga terkena gangguan ginjal akut yang baru masuk itu di bawah 4 tahun.
Para pasien tersebut, kata Syafruddin, sebelumnya sudah dirawat di RSUD daerah asal mereka.
Namun, karena tak dapat dilakukan tindakan pembersihan darah (hemodialisa), pasien itu dirujuk ke RSUZA.
“Saat ini, para pasien itu masih dalam perawatan dan menunggu obat dari Jakarta,” ungkap dia.
Sementara itu, perawat di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUZA juga sibuk mengurus pasien yang silih berganti masuk ke ruang tersebut.
Sehingga, ruangan itu sesak dengan pasien yang sedang dirawat.
Di lorong ruangan IGD, ada sejumlah pasien anak yang mendapat perawatan dan sebagian lainnya sudah diantar ke ruang rawat anak.
Di IGD, ada pasien anak yang terbujur lemas terpasang infus.
Sehingga, orang tua pasien lirih melihat anaknya.
Belum diketahui apa penyakit yang dialami oleh anak-anak yang masih dirawat di ruangan tersebut.
Namun, seorang orang tua pasien kepada Serambi mengatakan, anaknya mengalami demam sejak beberapa hari lalu.
"Iya, dia demam sudah beberapa hari ini," kata orang tua pasien yang tak mau disebutkan namanya, kemarin.
Ramai pasien anak
Sementara itu, RSUD Tgk Chik Di Tiro, Sigli, Pidie, dalam dua pekan terakhir juga banyak merawat pasien.
Mereka rata-rata mengalami flu, panas, demam, hingga diare.
Meningkatnya jumlah pasien anak menyebabkan mereka harus dititip di ruangan lain saat menjalani perawatan medis.
Direktur RSUD Tgk Chik Di Tiro, drg Mohd Ridha Faisal, Jumat (21/10/2022) mengatakan, saat ini pasien anak yang dirawat di rumah sakit itu masih membeludak.
Ramainya anak harus dirujuk ke RSUD Tgk Chik Di Tiro, menurut Ridha Faisal, lantaran perubahan cuaca ekstrem.
Akibatnya, anak-anak mudah terserang flu, panas, demam, dan diare.
Ia mengungkapkan, pasien dirujuk ke RSUD Sigli paling banyak terjadi setelah shalat Ashar.
Terkadang jumlah pasien dalam satu hari bisa mencapai 50 orang, baik anak-anak maupun pasien dewasa.
Sehingga jumlah pasien di rumah sakit terjadi overload.
Pasien juga lebih lama diinapkan di IGD akibat tak tertampung dalam ruangan.
"Karena overload, ada pasien yang harus dirawat di lorong-lorong dekan ruangan," jelasnya.
Menurut dr Mohd Ridha, jumlah pasien membeludak terjadi di hampir semua rumah sakit di Aceh karena banyak warga yang terserang flu, panas, dan demam.
Sementara pasien anak yang meninggal akibat gagal ginjal, kata Faisal, belum ada di RSUD Sigli.
“Ada seorang anak yang positif difteri yang masih dirawat.
Tapi, pasien anak meninggal akibat ginjal belum ada di sini," pungkasnya.
Wadir Pelayanan RSUD Sigli, dr Rudi SP THT, menyebutkan, pada Sabtu (22/10/2022), pasien yang dirawat di rumah sakit tersebut tidak lagi overload.
Kecuali, ruang pasien anak yang berkapasitas 22 bed sudah terisi penuh.
Saat ini, pasien anak juga dirawat di ruangan kebidanan yang letaknya satu dinding dengan ruangan pasien anak.
"Pasien anak tidak ada lagi yang dirawat di lorong, kalau dua hari lalu ada karena pasiennya overload," ujar Rudi Ia menjelaskan, peningkatan pasien anak terjadi sejak Agustus 2022.
Namun, puncaknya pada September hingga Oktober ini.
Jumlah pasien anak terurai, seiring ada di antara mereka yang sempat dirawat selama empat hingga lima hari dan kemudian diizinkan rawat jalan.
"Saat ini, kita belum menemukan pasien anak suspek gagal ginjal akut (GGA).
Jika ada, kita akan cepat memberitahukannya," kata Rudi.
Saat ini, sebutnya, ranjang pasien ada 272 unit, tapi tidak semua ruangan terisi penuh.
Seperti ruangan jantung, ruang penyakit infeksi dan ruang paru, masih ada satu hingga tiga bed yang kosong.
Terpisah, Direktur RSUD Tgk Abdullah Syafi'I, Beureunuen, Pidie, dr Kamaruzzaman MKes, mengungkapkan, jumlah pasien anak dan pasien dewasa di rumah sakit itu sudah overload.
Karena tidak ada lagi tempat tidur di dalam ruangan, sehingga pasien harus dirawat di luar ruangan dan IGD rumah sakit tersebut.
Menurut Kamaruzzaman, pasien anak yang dirawat di RSUD Beureunuen, menurut hasil diagnosa dominan mengalami demam, panas, dan batuk.
"Untuk pasien anak yang mengalami gangguan ginjal akut belum ditemukan di rumah sakit kita," ujarnya.
Nagan juga meningkat
Adapun RSUD Sultan Iskandar Muda (SIM), Nagan Raya, saat ini merawat 18 pasien anak.
Jumlah itu terjadi peningkat dari biasanya.
Mereka rata-rata mengalami demam, batu, dan beberapa penyakit lain.
Namun, tak ada pasien anak yang dirawat di rumah sakit tersebut yang menderita gangguan ginjal akut.
Kabid Pelayanan Medis RSUD SIM, dr Surya Sari Abbas, menjelaskan, pasien anak dirawat pada ruang anak dan beberapa ruang lain.
"Sejauh ini, di rumah sakit kita belum ditemukan pasien anak yang mengalami gagal ginjal seperti merebak dalam beberapa waktu terakhir," ujarnya.
Terhadap pasien anak tersebut, sambung Surya, dilakukan penanganan secara maksimal.
“Bila ada pasien anak yang tidak kencing dalam waktu lama dan urinenya hanya sedikit, kita akan langsung berkoordinasi ke RSUZA agar pasien anak tersebut mendapat penanganan yang maksimal," timpal Surya.
Menindaklanjuti surat Kemenkes dan Dinkes Nagan Raya terkait larangan sementara pemberian obat sirup kepada anak, Surya mengatakan, pihaknya sudah menyampaikan hal tersebut kepada dokter dan tenaga medis lainnnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar