Oleh:Irwansyah Nasution.
Batubara_Harian-RI.com-
Belakangan ini publik bertanya tanya mengapa partai PKS dan Demokrat belum mendeklarasikan Anies sebagai Capres setelah Nasdem mendahuluinya.
Pertanyaan ini bisa dimaklum mengingat gelombang dukungan para relawan sudah mulai menggunung seperti terlihat di Medan saat Anies bertemu dengan Nasdem namun kehadiran 80 simpul relawan Sobat Anies tak terbendung ikut meramaikannya.
Jika PKS mendahului pencapresan Anies tentu dengan mudah bagi lawan politik dari kubu lainnya mengklaim Anies ternyata didukung kelompok radikal.isu radikal radikul yang gak nyambung ini masih saja bagi buzzer nyanyian merdu penghibur kegundahan hati mereka yang sangat parah terhadap Anies,meskipun tuduhannya tak berdasar setidaknya jadi propaganda untuk menjatuhkan Anies dimata publik.
Para buzzer bayaran kehilangan peluru melihat kecerdikan PKS dan Demorat yang piawai memainkan strategi pasangan partai ,ibarat seorang pelatih sepak bola ia tahu kapan memasukkan pemain baru pada menit keberapa merubah strategi permainan politik yang memang sangat menentukan kemenangan .
Kalau kita lihat dua partai koalisi perubahan pengusung pencapresan Anies, PKS dan Demokrat sengaja mengulur ulur pendeklarasian Anies dengan isu cawapres yang belum kelar .
Bukan karena ambisi kader masing masing partai itu untuk mendapatkan kursi orang nomor 2 sekalipun itu sebagai peralatan isu lambatnya kesepakatan pendeklarasian.
Sebenarnya strategi bertahan dan mengunci untuk melihat kesiapan calon capres lain untuk tampil dideklarasikan apakah Ganjar ,Prabowo ,Puan yang ternyata sampai saat ini tak kunjung ada kepastian dari calon partai pengusungnya terkesan gamang dan bingung melihat Anies semakin digemari lapisan masyarakat luas.
Inilah buah strategi koalisi perubahan terlihat lebih cerdik dan cermat dalam melenggangkan Anies bergerak kemana mana menjemput aspirasi politik masyarakat Indonesia sementara calon lain mendapatkan dilema .
Apa yang dipertontonkan dalam panggung politik depan tidak selalu sama dengan panggung di belakang karena semua strategi politik yang harus disusun matang .
Anies dan partai pengusung Perubahan Nasdem,PKS,Demokrat cukup piawai memporak porandakan strategi partai lain sehingga partai sekelas Golkar ,PDIP juga Gerindra bersama Jokowi kehilangan akal dalam menyusun strategi melawan koalisi perubahan yang telah didukung rakyat Indonesia menuju arah perubahan baru.
Penulis pengamat sosial politik dan kebijakan Publik. (HR-RI_Amin)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar