Pakaian tradisi Orang batak, Topi
Sering di abaikan
Samosir_Harian-RI.com - Zaman semakin Bergeser dan terkikis, oleh zaman praktis, ringan, cepat dan sederhana, Topi bukan beban benda berat, bahkan helempun lebih sering kita gunakan daripada Topi
Pasangan Topi, jas dan selendang (Mandar)
Dari zaman siraja batak pun Topi itu sudah ada dipergunakan Topi Nasional
Beberapa tahun silam tanda tanda itu sudah mulai nampak, bergeser sedikit demi sedikit
Ujar salah satu lmbaga budaya batak samosir(Labasari)
Baru baru ini di tebing tinggi, 9/3/2023
Jika kita lintasi kota kota balige, parapat dan tomok bahkan kota pangururan, sungguh banyak barang dagangan selendang, sebagian dari norma adat batak zaman now, namun dahulu, barang seperti itu jarang di temukan, artinya bergeser lah norma adat tadi Topi dahulu, saat ini kurang diminati orang tua masa kini, dan ber geser memakai selendang, pandangan miring, selalu sahabat kita yang ber agama muslim, seolah firasatnya Topi untuk Sholat padahal bukan bernafaskan muslim melainkan insan, umat nasrani
Sama sama pandangan miring dari pihak sahabat koum Muslim, padahal tidak tidak
Publik menjadi tanda tanya, dan masyarakat tidak tahu percis, alasan apa umat bangso batak, agak melupakan menggunakan Topi, untuk penyempurnaan tradisi bangso batak
Nampak dalam gambar topi batak
Bergeser nya mungkin marasa tidak perlu, sistim praktis, ringan tidak membebankan
Bisa masyarakat fakta dan bukti ketika kita masyarakat, sewaktu mengadakan pesta nikah, dalam pelaksanaan Adat, kurang diminati masyarakat
Hal ini lembaga Horas batak Nauli, menonjolkan hal ini, untuk tidak segan dan malu mempergunakannya
Padahal hal harga sepatu, bisa berharga jutaan rupiah, sedang sebuah topi harganya paling tinggi ratusan ribu rupiah,
Dan tempatnya di Kepala, sedang sepatu harganya jutaan tempat di bawah, atau di kaki
Tidak kah bangso batak, tidak lagi kepingin mempergunakan topi dimaksud pada kegiatan pesta suka dan duka???
Masyarakat, belum lagi dapat membuat alasan dari tokoh adat, membuat respon, pungkasnya, diakhir informasi ini ke publik, Tokoh adat pun jarang mempergunakannya, bagaimana orang lain generasi ke depan??
Rela kah kita bangso batak mengalpakannya?? (Horas Situmorang)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar