Batam_Harian-RI.com | Dialah ustadz Nurjaman qori juara pertama se DKI Jakarta pada tahun 1994. Wartawan media ini mencoba menelusuri jejak perjalanan beliau yang selalu berilmu padi, semakin berisi semakin merunduk.
Tepatnya pada hari Selasa, 7/3/2023, pukul 09.30 Wib, bertempat di lantai dua mesjid Qiblatain Cendana Batam Senter.
Ustadz Nurjaman ngobrol santai sambil sesekali media ini meneguk white copy yang dibuat langsung oleh sang ustadz. Dibalik kesederhanaannya ternyata ustadz Nurjaman ini sudah melanglang buana di dunia santri.
Yang pertama disaksikan langsung oleh awak media yaitu beberapa kain yang terlipat rapi serta beberapa buah botol yang isinya madu. Apa arti dibalik lipatan kain dan di balik botol madu.
Kain berarti alat penutup aurat dan alat untuk kelengkapan sholat, sementara madu adalah obat istimewa yang disampaikan oleh Allah lewat Al quranul Karim, ini menunjukkan bahwa ustadz Nurjaman adalah orang yang perduli tentang kebersihan dan kesehatan.
Diam diam menghanyutkan mungkin itulah kata pribahasa, saat perbincangan berlangsung ustadz Nurjaman juga mengenalkan beberapa usaha di antaranya usaha sapi, usaha kambing, baju koko, songkok, madu asli, sang atlas dan baju gamis wanita.
Sambil mengenalkan barang, sambil cerita pengalaman. Bahasa ustadz ini benar benar indah dan menyejukkan tutur katanya yang keluar dari lisannya, pengamatan wartawan ini bahwa ustadz ini mendalami tiga pemahaman dalam Islam yaitu perkataan, perbuatan, dan tingkah laku benar benar terpatri dalam dirinya sebagai lepasan santri.
Ustadz Nurjaman kelahiran Cianjur Jawa Barat, tepatnya pada tanggal 5 Juni 1971. Dia lahir dalam keadaan yatim. Dia mulai mengaji di pondok pesantren Al Qur'an Assyafiah selama 7 tahun. Pesantren ini dikenal juga dengan julukan sekolah Al. Qur'an.
Dia juga menceritakan pengalaman hidupnya yang pahit. Betapa tidak begitu dia lahir bapaknya pun meninggal dunia, sehingga ibunya menjadi tulang punggung keluarganya saat itu dengan hidup yang serba pas pasan. Kalau mau makan maka harus menumbuk padi terlebih dahulu, begitulah waktu yang dilewati dengan penuh suka duka.
Bintang pun mulai menerangi alam kehidupan sang ustadz, tahun 1994, dia ikut lomba MTQ Remaja SE DKI Jakarta dan sang ustadz muda saat itu meraih juara 1. Untung tak dapat ditolak malangpun tak dapat diraih itulah ketetapan sang Maha kuasa, sang ustadz Nurjaman muda pun diberangkatkan haji di tanah suci Mekah oleh Tim Nasional MTQ DKI Jakarta saat itu.
Bukan hanya sampai di situ ternyata keilmuan sang ustadz terukir indah di bumi kelahiran Rasulullah Saw. Saat di tanah suci dia tak dibiarkan pulang oleh kerajaan Arab Saudi saat itu, dia diwajibkan tinggal selama tiga tahun untuk mengajar ilmu tilawah.
Tepatnya tahun 1997 dia kembali ke tanah air dan langsung mengabdikan ilmunya di pondok pesantren Bahrul Qiraah di Cianjur.
Waktu demi waktu berlalu ternyata hidup sang ustadz juga kesepian tanpa seorang pendamping hidup. Tahun 1999 diapun menghabiskan masa lajangnya dan menikahi seorang perempuan sebagai pendamping hidupnya. Siapa perempuan cantik itu yang memikat hati sang ustadz yang menjadikan selama ini " Siang Jadi Angan Angan Malam Menjadi Buah Mimpi Kepadamu Kasih Tercurah" dia adalah Ayi Sri Rizki seorang perempuan asli Cianjur.
Dari hasil pernikahan dengan sang istri tercintai dia dikaruniai anak sebanyak 7 orang satu diantaranya meninggal karena keguguran.
Dari perbincangan dengan awak media dia juga mengajarkan kepada wartawan media ini bagaimana membaca surah alfatihah dengan tajwid yang benar serta berseni dengan suaranya yang indah dan merdu. Sampai wartawan ini mengakhiri perbincangannya dengan penuh ukhuwah Islamiah. (Nursalim Turatea).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar