Harian-RI.com
DALAM dunia sastra, adakalanya banyak kisah yang mirip. Bukan berarti saling mencontek, tapi karena tema, moral, atau elemen ceritanya serupa. Meski lokasi geografisnya terpaut jauh satu sama lain.
Contoh yang paling populer adalah kisah adalah Si Tudung Merah atau Little Red Riding Hood. Awalnya merujuk pada versi penulis Jerman Grimms bersaudara: Jacob dan Wilhelm, yang terbit dalam kumpulan dongeng Kinder und Hausmärchen (1857) di Berlin, Jerman. Di kemudian hari muncul banyak versi mengadaptasi.
Akhirnya diketahui versi awal cerita Si Tudung Merah memiliki kemiripan dengan versi yang ditulis Charles Perrault di Perancis seabad sebelumnya, Le Petit Chaperon Rouge (1697).
Fakta lain, seorang antropologi dari Durham University, Jamshid Tehrani mengumpulkan 58 varian tersebut dan menyusun dalam 72 plot sehingga terbentuk rangkaian pohon filogenetik.
Dari sini diketahui, bahwa kisah serupa, sudah banyak versi lisannya. Di antaranya: The Wolf and The Kids/Serigala dan Anak-Anak (diceritakan di beberapa bagian Eropa, Timur Tengah).
Di Jepang, Korea, dan China, ada kisah "Nenek Harimau" atau "Bibi Besar Harimau" yang ditulis penyair China Huang Zhing pada abad ke-17. Di Afrika, ada "Motikatika and the Ogre."
Analisis Tehrani menentukan bahwa "The Wolf and the Kids" mungkin berasal dari abad pertama, dan versi yang menampilkan Little Red Riding Hood bercabang sekitar 1.000 tahun kemudian.
Ternyata benar, “There’s nothing new under the sun”, yang berarti tidak ada yang benar-benar baru di bawah matahari. Istilah kekiniannya adalah: ATM atau amati, tiru, dan modifikasi.
Bagaimana menurut Anda? (Nursalim Turatea).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar