Harian-RI.com
SIFAT seseorang akan susah ditebak saat sedang sendirian. Namun, kita akan gampang mengetahui "warnanya" saat berkelompok atau bergerombol.
Tak hanya menegaskan karakter, kelompok juga dapat membuat orang gampang terprovokasi dan diprovokasi. Sebab merasa dapat dukungan sangat besar.
Itulah sebabnya seseorang tampak sangat garang saat berada dalam gerombolannya. Namun saat ditangkap, atau ketika sendirian cenderung kuncup, pendiam bahkan jadi anak mami.
Gambaran ini juga sering terjadi saat manusia bermedia sosial. Bisa saja di dunia nyata dia minder, tapi di dunia maya sangat garang. Bahkan merasa menjadi pusat alam semesta.
"Star syndrome" semacam ini muncul ketika dia merasa berada dalam kelompok se-ide. Apalagi sampai mendapat "like" berlimpah.
Padahal, banyak like di media sosial tak semata diartikan sebagai bentuk dukungan, tapi bisa juga sebagai bentuk provokasi.
Dokter spesialis bedah saraf, Roslan Yusni Hasan pernah membahas soal ini. Menurutnya, sikap garang saat berkelompok semacam ini dapat disebabkan parasocial relationship disorder. Akibat terlalu mengidolakan tokoh ataupun artis pujaan.
Untuk menghindarinya, dokter yang populer disapa Ryu Hasan ini, meminta agar pikir sejenak sebelum melepas pernyataan, baik secara lisan maupun dalam tulisan di media sosial.
Intinya jangan suka nyenggol-nyenggol. Nanti disenggol balik nangis, playing victim, merasa yang paling tersakiti. Ah, Hello Kitty...
Bagaimana menurut Anda? (Nursalim Turatea)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar