Ribuan Jamaah Padati Sholat Id di Blang Padang
  • Jelajahi

    Best Viral Premium Blogger Templates

    Kode IT


    terkini

    Ribuan Jamaah Padati Sholat Id di Blang Padang

    Dimas ( Redaksi )
    18 Juni 2024, 6/18/2024 02:34:00 PM WIB Last Updated 2024-06-18T07:35:06Z

     




    BANDA ACEH_Harian-RI.com

    Dengan semaraknya Idul Adha 10 Zulhijjah 1445 H atau 17 Juni 2024, sholat Idul Adha dilaksanakan di lapangan Blangpadang Banda Aceh, 17 Juni 2024 atau 10 Zulhijjah 1445 Hijriah.


    Masyarakat Banda Aceh dan Aceh Besar sebagian, Beramai Ramai datang ke masjid atau lapangan untuk menunaikan shalat Id berjamaah.


    Shalat Id pada Senin pagi kemarin dipusatkan di Lapangan Blang Padang, Banda Aceh, lapangan tersebut dipadati ribuan jamaah yang datang tidak hanya dari Banda Aceh, tetapi juga Aceh Besar, dan daerah sekitarnya. Shalat Id berlangsung tertib dan dalam suasana penuh kekhusyukan.



    Jamaah mulai berdatangan ke lapangan sekitar pukul 07.00 Wib. Mereka terlihat membawa perlengkapan shalat sendiri dan langsung mengatur saf sebagaimana diatur oleh Khadam Masjid Raya Baiturrahman. Seperti biasa, pelaksanaan shalat Idul Adha di Blangpadang digelar oleh Pemerintah Aceh melalui Dinas Syariat Islam Aceh selaku penyelenggara Peringatan Hari-Hari Besar Islam (PHBI) Aceh dan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pengelola Masjid Raya Baiturrahman.


    Wakil Rektor IV Bidang Kerja Sama dan Pengembangan Lembaga Universitas Islam Negeri (UIN) Sumatera Utara (Sumut), Prof Dr H Muzakkir MA, bertindak sebagai khatib. Guru Besar bidang Ilmu Tasawuf Fakultas Ushuluddin dan Studi Islam UIN Sumut yang juga putra kelahiran Lhokseumawe ini menyampaikan khutbah dengan judul ‘Hakikat Ibadah Haji dan Kurban dalam Membangun Ketakwaan dan Rasa Kemanusiaan.’ Sedangkan Imam Rawatib Masjid Raya Baiturrahman, Tgk Miswar Muhammad SpdI, bertindak sebagai imam.


    Prof Muzakkir dalam khutbahnya menyampaikan ceramah penuh makna. Prof Muzakkir menjelaskan kepada jamaah tentang momen wukuf di Arafah yang baru saja dilaksanakan oleh semua jamaah haji dari seluruh dunia. Di mana semua manusia, tanpa memandang status sosial, harta, atau jabatan, berdiri sama rata di hadapan Allah SWT. Momen ini katanya, menjadi pengingat bahwa di hadapan Allah, semua manusia adalah sama dan hanya amal shaleh lah yang membedakannya.



    "Sebuah pembelajaran sangat mahal dari beberapa rukun haji, ketika jamaah melaksanakan wukuf di Arafah, yang laki pakaian ihram tidak berjahit, itu adalah simbol kain kafan yang akan kita pakai, dengan wajah berdebu duduk di atas padang pasir beratapkan langit di bawah terik matahari. Bahwa Allah tidak pernah melihat pakaian kita, pangkat jabatan kita, kekayaan dan harta benda. Allah hanya melihat apa yang tersimpan di kedalaman hati kita, itulah ketaqwaan kita kepada Allah," katanya.


    Lalu Khatib mengutip Surah Albaqarah ayat 197 yang artinya: Persiapkanlah bekal dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal. "Apa yang kita miliki saat ini adalah sementara, itulah hak pakai yang Allah berikan kepada kita, dan akan kita tinggalkan semua pada waktunya. Hanya bekal kataqwaanlah yang akan kita bawa," kata Prof Muzakkir.


    Bulan Zulhijjah dan pelaksanaan ibadah haji, serta ibadah kurban yang dilakukan oleh umat Islam, seyogyanya menjadi perenungan dan introspeksi diri setiap muslim.  Khatib mengatakan bagaimana jamaah haji melakukan perenungan di Arafah dan mabit di Muzdalifah sampai pada puncaknya berada di Mina melakukan lontar jamarah.



    "Ini adalah momen penting bagi kita semua. Kita harus melempar sifat-sifat syaitan dalam diri kita. Buanglah sifat-sifat syaitan pada diri kita, kesombongan, kedengkian, semua itu akan membawa kepada permusuhan dan kehancuran," jelasnya.


    Prof Muzakkir menyebut bahwa setiap Muslim harus melakukan perenungan, harus mengenal diri karena pada saatnya bumi yang fana ini, semuanya akan kita tinggalkan. Khatib menekankan pentingnya introspeksi diri dan merenungkan tujuan hidup di dunia. Menurutnya, harta, anak, dan keturunan hanyalah titipan yang akan ditinggalkan. Amal shalehlah yang akan menjadi bekal di akhirat.


    Muzakkir kemudian mengajak jamaah untuk meneladani Nabi Ibrahim AS dan Ismail AS dalam kisah kurban. Keduanya menunjukkan ketaatan dan ketaqwaan yang luar biasa kepada Allah SWT. Khatib mengingatkan bahwa kurban bukan hanya menyembelih hewan, tetapi juga menumbuhkan sifat-sifat mulia, taqwa, dan menjauhkan sifat-sifat tercela.


    "Nabiyullah Ismail adalah simbol apa yang kita miliki di dunia ini, kita cinta kepada harta, tapi adakah harta itu membawa kita kepada kebaikan? Kita cinta kepada jabatan dan kekuasaan, tapi adakah hal itu mendatangkan ridha dari Allah Swt? Kita cinta kepada anak dan kekuarga, tapi adakah mereka juga bersujud kepada Allah Swt?," ujar Muzakkir.


    Apa yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail kata Prof Muzakkir, harus menjadi teladan bagi umat Islam. Bahkan, betapa mulianya Nabi Ibrahim dan memikirkan ummat meski dalam keadaan harus 'mengorbankan' putranya.


    Khatib lalu membacakan Surat Ibrahim ayat 40 yang artinya; Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku.(dan)



    LAUTAN manusia menyeruak di sudut jalan Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh dan sekitarnya, untuk menyaksikan pawai takbir keliling berjalan kaki dan mobil hias dalam rangka menyambut Hari Raya Idul Adha, Minggu (16/6/2024) malam.


    Acara tersebut berlangsung meriah. Parade pawai takbir itu sendiri diikuti 25 kafilah yang berasal dari masjid-masjid gampong yang ada di Banda Aceh dan sekitarnya. 


    Tidak hanya itu, para peserta yang ikut juga membawa pesan dukungan terhadap warga Palestina. Terlihat jelas sejumlah peserta memakai atribut bernuansa Palestina, mulai dari bendera, ikat kepala, hingga menggunakan kostum pejuang Hamas. Bahkan juga ada yang  mendesain mobil hias lengkap dengan senjata dan meriam.


    Pawai takbir Idul Adha ini dimulai dari depan Masjid Raya Baiturrahman yang dilepas langsung oleh Penjabat (Pj) Gubernur Aceh Bustami Hamzah. Dalam sambutannya, Bustami mengatakan perayaan Idul Adha adalah momentum penting untuk mengoreksi diri tentang ketakwaan kepada Allah Swt.


    Dikatakan Bustami, melalui ibadah qurban, umat muslim kembali mengenang kisah Nabi Ibrahim As yang diperintahkan menyembelih putranya Nabi Ismail As sebagai bentuk ketaatan dan rasa cinta kepada Allah. Karena itu, di hari Idul Adha, sebagai langkah mengenang dan mencontoh ketaqwaan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail, maka bagi umat Islam yang mampu dianjurkan menyembelih hewan qurban.


    “Pada dasarnya penyembelihan qurban ini mengandung dua nilai, yakni kesalehan ritual dan kesalehan sosial,” ujar Gubernur.


    “Kesalehan spritual, berarti dengan berkurban kita telah melaksanakan perintah Allah yang menyangkut hubungan manusia dengan Allah. Sedangkan untuk nilai Kesalehan sosial, karena qurban mempunyai dimensi kemanusiaan yang termanifestasikan secara jelas dalam pembagian daging kurban,” imbuh Gubernur.


    Bustami menambahkan, melalui pembagian hewan qurban ini, kaum muslimin dilatih untuk mempertebal rasa kemanusiaan, mengasah kepekaan terhadap masalah sosial, mengajarkan sikap saling menyayangi terhadap sesama.



    Oleh karena itu, Gubernur mengajak masyarakat untuk meningkatkan partisipasi dalam pembangunan demi kesejahteraan dan perdamaian di Bumi Serambi Mekah.


    “Ingatlah bahwa kesuksesan pembangunan Aceh bukan hanya semata-mata terletak pada pundak Pemerintah saja, semua kita memiliki andil untuk menyukseskan pembangunan. Apapun kedudukan kita, profesi kita, dan posisi kita dalam masyarakat, kita semua memiliki andil dalam membangun Aceh yang kita cintai ini,” kata Gubernur.


    Dalam sambutannya, Gubernur mengajak seluruh masyarakat Aceh untuk menyemarakkan malam Idul Adha dengan mengumandangkan takbir, tahlil dan tahmid, untuk mengagungkan kebesaran Allah sebagai wujud rasa syukur.


    “Kumandang takbir, tahlil dan tahmid, tentunya semakin menambah semarak dan syahdu malam Hari Raya Idul Adha. Dan ini merupakan salah satu amalan yang disunahkan bagi umat Islam, yakni menghidupkan malam hari raya dengan ibadah,” ungkap Gubernur.


    Gubernur juga mengimbau masyarakat untuk menjadikan  kegiatan ini sebagai momentum untuk mempererat tali silaturahmi antarsesama, sehingga kegiatan ini dapat menjadi ajang syiar yang mencerminkan tentang ajaran Islam yang rahmatan lil ‘alamin.


    “Kepada para peserta yang mengikuti Pawai Takbir Hari Raya Idul Adha malam ini, kami ingatkan agar senantiasa menjaga ketertiban supaya kegiatan ini dapat berlangsung dengan aman, lancar dan sukses. Terima kasih kepada panitia dan seluruh pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan pawai Takbir Hari Raya Idul Adha 1443 Hijriah ini,” ucap Gubernur.


    “Akhirnya, kepada seluruh masyarakat Aceh di manapun berada, saya atas nama Kepala Pemerintah Aceh, pribadi dan keluarga mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Adha 1445 H, Mohon Maaf Lahir Batin,” pungkas Gubernur.


    Penglepasan peserta pawai takbir ditandai dengan pemukulan Tambo oleh Gubernur Aceh. Setelah dilepas, para perserta mulai berjalan dari depan Masjid Raya menuju Simpang Kodim, Simpang Peuniti, Simpang Surabaya, Simpang Jambo Tape, Simpang Lima, Simpang Kodim, dan kembali lagi ke Masjid Raya Baiturrahman. Pemerintah Aceh telah menyediakan uang hadiah dengan total Rp 65 juta untuk para pemenang.

    Komentar
    Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
    • Ribuan Jamaah Padati Sholat Id di Blang Padang

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

    Terkini

    Topik Populer