Harian-RI.com
KITA tentu sudah mendengar cerita rakyat tentang Roro Jonggrang, dan Bandung Bandawasa, atau Sangkuriang.
Meski alur cerita dan lokasinya berbeda, tetapi endingnya agak mirip. Yakni sang tokoh diminta menyelesaikan tugas besar hanya dalam semalam.
Roro Jonggrang meminta Bandung Bandawasa membangun 1000 candi hanya dalam waktu semalam. Pun Sangkuriang diminta oleh Dayang Sumbi, membendung sungai Citarum dan membuat sebuah sampan besar untuk menyeberang sungai itu, juga dalam waktu semalam.
Di dunia mahasiswa, sistem semacam ini dikenal dengan sistem kebut semalam (SKS, yang diplesetkan dari Satuan Kredit Semester. Ada satu survei yang menyatakan bahwa 99% di antara 1.500 mahasiswa memakai metode belajar ini.
Karena kebiasaan dalam mengerjakan tugas ataupun project dengan jangka waktu yang mepet dengan dateline yang telah ditentukan, ujiannya besok, baru mau belajar, maka jangan harap bisa optimal.
Ironisnya, di luar dunia kampus pun masih banyak yang memakai sistem semacam ini dalam mencapai tujuan. Akibatnya, suka ngawur, nabrak sana-sini. Semua cara digunakan agar tujuan tercapai. Mirip prinsip Machiavelli, atau Sengkuni?
Karena dipaksa untuk melakukan hal yang berat pada saat bukan waktunya, maka otak menjadi cepat lelah. Memori terganggu, bahkan suka halusinasi.
Sah-sah saja punya cita-cita, ingin jadi ini dan itu. Namun tetap harus logis, dan rasional. Instrospeksi, ukur diri.
Bikin mie instan saja --meski namanya instan-- tetap harus direbus dulu. Apalagi mau jadi ini itu. "Tidak ada sesuatu yang berharga yang datang dengan cepat," kata Theodore Roosevelt.
Bagaimana menurut Anda? (Nursalim Turatea)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar