Dungguh ironisnya peradaban suku batak baik sewaktu Pesta pernikahan maupun sewaktu adat kemalangan
Ke unikan dan sangat mahal harga nya, di alami rugi, meskipun kerugian tanpa prediket pelaku adat itu sangat menjalankn kasih, Kasih bagian dari Iman
Baik waktu tenaga lebih lebih saling isi mengisi, memberi dan menerima, Unik kan, masyarakat adat suku lain bisa bisa heran, tapi salut melihat dan menikmatinya,
Mulia dari perancangan, hingga martumpol, bagian sudah Dari kerepotan, misal Dlm pesta pernikahan, dari berangkat dari rumah hingga ke gereja, hingga sampai kepenghujung aktifitas, ulak une /tikkir tangga, pokoknya serba unik, mulai dari persiapan hingga selesai
Sungguh repot baik para pihak pkerjanya sosial, STM,,
Demikian pula sewaktu suka duka kemalangan, tdk ada kesempatan, santai santai, untuk mengundang para pihak, hula hula, Tulang, bona Tulang, bona ni Ari, sungguh mengugsh Hati, Dan pikiran suhut,
Semua nya bermuara pd Kasih, saling menerima dan memberi, iPod boras pir atsu eme marlundu, pokonya sang at mengharukan para pihak, ujar warga di kombur Rakyat pd Medya ini, Dlm mahluk sosial Dan selaku umat beragama, tandas masyarakat adat, publik sebagai mana
Gelisahnya para peserta, hanya Raja hata terlalu banyak Mkan waktu dlm pmbicaraam tdk puss jika singkat dan seolah menonjolkn krbolehsn Nya justru krn kuasa sudah di serahkn pd raja parhata Kedua pihak
Bhkn dari semestinya juga sdh terlewatkn
Yg mahalnya lg, pihak penguasa, di semuakan ikut mmberikan pribahasa nya pdhal cukup pd inti inti nya (Mertua dan Titin marangkup sewaktu adat nikah)
Baik sewaktu duka, sdh cukup Hula hula (Mertua, dan Tulang)
Justru semua pihak smbil bagian sehingga cukup memakan waktu banyak, sekslipun td sdh di pakai Paket
Dan setiap pengucapan pri bahasa sdh cukup tiga buah (tiga pribahasa,) dan Yg Ada dlm kamus yg tersirat
Dlm peradatan masa kini sdh banyak di singkat, tp msih panjang lg waktu, lbh lbh pesta di luar daerah ini pun, unik sekali, sampai sampai Dua mlam satu hari, inipun sangat terharu public, Dlm masyarakat adat masa kini, di zaman modernisasi, banyak yg tertinggal tinggalkn oleh kondisi, simple namun rumit dan panjang perjalanan prosesnya dan sabar, hilang dari keaslian, hanya bingkai adat saja kita lihat dari kulit adat, semakin terkikis kah adat itu di makan zaman????
Lain lg budaya berbahasa para anak generasi kita tdk tahu lg bhasa batak, tdk mau belajar di rumah, misal kata abang dibilang sama itonya, hal ini pun semakin di telan ikut ikutan pesisiran,
Bahasa daerah dgn bahasa Indonesia tdk sama makna, (Ito dgn Abang) jd apa yg tersirat itu, tdk tahu artinya, apalg tarombo nya (Silsilah) semakin ruyam dan ter ikut ikut pd lingkungan,
Publik adat di generasi tdk lg mengenal arti dan makna dari peribahasa itu (Tinampul bulung sihupik, pinarsaonh bulung sihala, unang sumolsol di pudi ngadara sipasingot soada) tdk tahu lg artinya para generasi
Tinggil manangi nangi, alai bakkol mangkatahon, juga sama sekali tdk mengerti
Org tua pun sdh tdk sempat lg mengajari, mendidik si anak
Zaman semakin maju, dan maju tp mundur, moral, sopan santun, dan ahlak semakin kabur dan abu abu menjurus ke arah ekonomi (uang) matrialistis, dan jaga jarak
Ini merupakan kemajuan kebodohan bkn kemajuan kepandaian, kecerdasan kepintaran, normative adat saja,
Kombur Rakyat memberi kesan dan pesan :
Jangan malu bahasa batak aslinya di rumah, dan jangan malu bertanya dan belajar
Alah bisa krn biasa
Cintai lah bahasa daerah mu sendiri, itu hak dasarmu, bhasa kita sekarang bhasa daerah pasaran, bkn asli nya
Misal daun silalap (Daun ubi) Sialap ikkau (Dila /lidah) parjomuhan (cuci tangan /parbasuhan)
Dimana sekarang aksara batak mu, batak kita, batak mereka, Dimana???
Aha ma na ra ta MA nga la pa sa da ga jah??
Akhir kata dari kombur Rakyat, semoga bermanfaat, dan tdk melecehkn org batak,
Saya Bangga jd orang Batak!!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar